SAUDARA-SAUDARA KU, setiap orang digerakkan oleh dua hal yakni ekonomi (harta) dan rasa aman. Namun ada orang yang digerakkan bukan oleh dua hal di atas. Siapa mereka? Merekalah orang-orang ikhlas yang digerakkan oleh keyakinan akan perjumpaan dengan Allah SWT suatu hari kelak. caranya? ESQ 165 The Way of Live. Join Us!

29 November 2008

Trio Macan dan PWI Riau

. 29 November 2008

Begitu malam panggung rakyat PWI Riau menampilkan trio macan dengan goyang birahinya itu tampil, esok paginya berhamburan sms masuk ke HP saya. "Hebat ya PWI Riau, membawa maksiat ke pentas terhormat di negeri yang katanya bervisi Islami," ujar seorang teman. Ada lagi bunyinya begini. "Habislah uang rakyat hanya untuk trio macan. Mengapa tak bisa dibendung? Bagaimana menjelaskannya kepada masyarakat? mana tanggung jawab moral pak haji yang jadi petinggi di PWI Riau tu? saya kecewa!"

Ada lagi yang langsung menohok saya begini, "Anda rajin menulis soal ESQ dan masuk di pengurus PWI dan Panpel HUT PWI dan HPN, tapi tak mampu mencegah para penari maksiat beraksi itu di bumi Melayu." Lama saya tercenung membaca aneka sms kecaman itu. Kalau saya tuliskan lagi ada banyak. Hati saya seperti tertusuk sembilu yang darahnya mengalir ke hati terdalam. Sungguh.
Bukan bermaksud menepuk air di dulang terpercik muka sendiri. Bukan pula bermaksud lempar batu sembunyi tangan, Saya juga kaget karena meskipun saya sebagai bagian dari panitia HPN dan HUT PWI Riau di seksi publikasi, soal penentuan siapa yan mengisi acara malam itu saya tidak pernah dilibatkan apalagi dimintai pendapat dan saran. Sebagai seksi publikasi saya hanya diberi tahu satu hari sebelum hari H hasil keputusan panitia inti malam panggung rakyat PWI Riau yang menghadirkan trio macan. Saat jumpa pers di PWI Riau kawan-kawan juga sudah mempertanyakan hal itu dan menyayangkan mengapa PWI menghadirkan artis seronok di hadapan pemimpin negeri Melayu yang bervisi Islami ini.

Jawaban panpel acara malam itu adalah masing-masing orang punya pandangan berbeda soal itu jadi tak boleh memvonis bahwa goyangan itu identik dengan maksiat. Jujur dari hati terdalam saya secara pribadi sangat kecewa. Okelah jika jawabannya tidak boleh memvonis goyangan itu identik dengan maksiat. Tapi bukankah kalimat "tidak boleh memvonis" di jawaban itu adalah bentuk lain dari vonis juga. Mengapa tidak boleh? Bukankah visi negeri ini adalah adalah agamis. Jika kita konsekuen kita memandang sesuai dengan Visi Riau itu jelas sudah bertentangan.

Islam jelas melarang jangankan berjoget birahi, membuka aurat yang tidak merangsang semisal rambut saja pada wanita tidak boleh. Ini di hadapan petinggi negeri yang berikrar dengan visi itu tari syahwat itu diperagakan dengan merdeka yang disponsori PWI Riau yang mestinya mengawal nilai-nilai visi itu. Astaghfirullah. Kita amat sangat gemar menggunakan politik atas nama. Panggung rakyat adalah politik atas nama. Rakyat mana? para penggemar trio macan adalah rakyat, para pembencinya juga rakyat lalu apakah adil menggunakan kata rakyat pada malam panggung hiburan itu?

Panitia telah membajak kata 'rakyat' untuk kepentingan dan seleranya dan selera para penggemar trio macan (bisa jadi mereka adalah petinggi negeri ini) tanpa menghiraukan rakyat lain yang tidak menyukainya. Hal yang selalu dikritiknya saat bertugas di lapangan saat ia menjadi wartawan bila dilakukan oleh orang lain. Harusnya acara malam itu adalah panggung hiburan terbatas untuk penggemar dan pencinta trio macan saja dan selain itu dilarang masuk dan tidak perlu disiarkan di ruang publik. Karena ruang publik adalah milik rakyat dalam arti yang sebenarnya (baik yang pro maupun kontra).

Gara-gara acara malam itu saya merasa PWI Riau telah melangkah dari jalan syukur nikmat seperti yang selama ini dilakukan setiap HUT dan HPN, ke jalan kufur nikmat. Kita tahu dari Alquran menyebutkan bahwa kufur nikmat identik dengan azab yang pedih. Boleh jadi belum sekarang, belum saat ini, ataupun besok. Tapi jangan tersenyum dulu. Lolos hari ini bukan berarti aman di hari esok. Tanpa taubat yang sebenarnya, azab yang pedih itu hanya soal waktu. Astaghfirullah.

0 komentar:

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com